Kesimpulan :
Pada awal abad milenium ini muncul kecenderungan kuat adanya
ketergantungan terhadap informasi. Penggunaan telekomunikasi dan teknologi informasi
khususnya Internet sebagian besar dilakukan oleh kelompok masyarakat golongan
menengah ke atas. Kondisi kontradiktif dalam pemanfaatan Telematika memunculkan
fenomena yang kaya makin kaya, yang miskin makin terpuruk dan tambah miskin.
Ketidak-tanggapan penentu kebijakan publik di bidang Telematika terhadap
fenomena umum semacam inilah yang kemudian menimbulkan jurang digital (digital
divide). Bukti empiris menunjukkan bahwa Telematika telah banyak membantu upaya
masyarakat bangsa menuju demokrasi. Bentuk sederhana keterlibatan Telematika dalam
demokrasi antara lain penggunaan Short Message Service (SMS), Electronic Mail (E-mail),
dalam pendudukan gedung DPR/MPR oleh para aktivis mahasiswa yang berujung pada runtuhnya
rezim Orde Baru. Pengembangan lebih lanjut pemanfaatan Telematika dalam
mendukung upaya pendidikan politik dan demokrasi hanya dibatasi oleh kemampuan
manusia, bukan oleh teknologi itu sendiri. Fakta yang cukup menarik, belum
banyak partai politik yang secara khusus memberi perhatian pada Telematika. Baik
itu pemanfaatan sebagai sarana untuk mengelola organisasi sehingga menjadi partai
modern berbasis teknologi, maupun menggunakan isu-isu kebijakan dan strategis
di seputar Telematika yang dapat menarik simpati masyarakat luas. Peluang yang
diciptakan oleh penerapan perdagangan elektronis (e-commerce) adalah
terciptanya pasar-pasar baru, produk dan pelayanan baru, proses-proses bisnis baru
yang lebih efisien dan canggih, serta penciptaan perusahaan-perusahaan dengan jangkauan
lebih (extended enterprise). Sedangkan kendala umumnya berkisar pada masalah bandwidth
dan kapasitas jaringan, keamanan, harga teknologi, aksesabilitas, struktur
sosial-ekonomi-demografi, kendala politik dan hukum, sensor, serta edukasi - sosialisasi
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar